Artikel
Silase: Menyiasati Kebuntuan Rumput untuk Pakan Ternak
OPINI | 05 June 2012 | 12:08 Dibaca: 2902 Komentar: 0 2 bermanfaat
Rata-rata petani hanya membudidayakan ternak ruminansia (sapi, kambing, kerbau, kuda) sebagai usaha sampingan, belum benar-benar menjadi peternak dan belum berorientasi agrobisnis yang lebih menguntungkan. Pemeliharaan ternak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan mendadak yang jumlahnya relatif besar daripada pengeluaran sehari-hari.
Betapa repotnya bila setiap hari petani harus mencari rumput segar (rumput dan daun-daunan). Petani yang memelihara ternak sapi lebih dari 3 ekor atau kambing lebih dari 5 ekor, biasanya akan dipusingkan dengan persoalan waktu mencari rumput. Saat hujan datang belum mencari rumput segar, dan saat kemarau datang adalah persoalan klasik.
Kalaupun memiliki persediaan rumput cukup banyak tetapi tanpa pengawetan dalam bentuk silase, rumput segar akan segera menjadi kering dan sia-sia. Apalagi ketika ada kepentingan keluarga atau kegiatan lain selama berhari-hari, petani menjadi kelabakan dan tidak tenang karena memikirkan pakan ternak.
Lebih parahnya lagi ketika jumlah ternak peliharaaan terus bertambah dan yang seharusnya lebih menguntungkan, malah membuat petani merasa tidak sanggup lagi mencari rumput segar. Ujung-ujungnya hanya terbelenggu pada jumlah ternak yang selalu sedikit karena ketidakberdayaan memenuhi kebutuhan pakan. Inilah yang orang sebut sebagai “Jebakan kemiskinan” dan “Katak belum tahu cara keluar dari tempurung”. Persoalannya hanya “belum” mengetahui teknologi yang efektif dan efisien, meskipun teknologinya bersifat sederhana.
-
Silase Memecah Kebuntuan Waktu dan Musim
Setiap wilayah (desa, bahkan negara) memiliki musimnya masing-masing. Pada saat tertentu ketersediaan jumlah pakan ternak menjadi sedikit, dan kembali melimpah saat lingkungan hidupnya sudah mendukung. Teknologi silase yang sangat sederhana, bisa menjawab persoalan pakan di atas. Melalui pengawetan rumput saat memiliki waktu luang dan meningkatkan ketersediaan rumput sebelum masa sulit tiba.
Silase merupakan pengawetan rumput dalam ruang/wadah yang tertutup rapat (kedap udara/anaerob). Pada kondisi tertutup rapat, jasad renik (bakteri, jamur) tidak memiliki kemampuan untuk membusukkan rumput karena lingkungan hidupnya tidak mendukung. Sehingga rumput akan awet selama berbulan-bulan. Silase juga memungkinkan rumput terkonsumsi dengan baik tanpa tersisa, karena bentuk/teksturnya lebih lembut dan kandungan gizinya meningkat rata-rata 10 persen dibandingkan bila diberikan dalam bentuk rumput segar.
-
Cara Membuat dan Mengaplikasikan Silase Rumput
Hal penting yang harus diperhatikan adalah tidak diperbolehkannya udara masuk ke dalam wadah saat proses pembuatan silase berlangsung. Udara yang masuk bisa mengaktifkan bakteri pembusuk dan menjadi lingkungan tumbuh bagi ulat. Kegagalan pembuatan silase ditandai dengan adanya panas yang terus-menerus seperti pada proses pengomposan. Apapun media dan bagaimanapun caranya, selama masih berkaitan dengan penyimpanan rumput segar dalam wadah/ruang tertutup, bisa disebut silase. Media dan cara yang berbeda hanyalah persoalan kreativitas sesuai potensi lingkungan. Berikut adalah contoh tahapan-tahapan pembuatan silase rumput dengan menggunakan karung plastik:
1. Rumput dilayukan sehingga kandungan airnya menjadi berkurang. Proses pelayuan bisa melalui penjemuran atau membiarkan di udara terbuka.
2. Rumput dicacah seukuran 5-10 cm, agar mudah disimpan lebih padat untuk meminimalkan rongga-rongga udara dalam wadah dan agar lebih banyak yang tersimpan dalam wadah. Pencacahan bisa secara manual atau dengan bantuan mesin yang dirancang sendiri. Mesin rancangan sederhana terdiri dari dua pisau pemotong yang diputar seperti baling-baling dengan bantuan motor listrik.
3. Rumput dimasukkan dalam karung dan dipadatkan. Tujuan memasukkan dalam karung agar ujung-ujung cacahan rumput tidak menusuk/melubangi kantung plastik dalam point 4.
4. Rumput dalam karung tersebut dimasukkan dalam kantung plastik besar dan ditutup rapat dengan mengikat kedua ujungnya, sehingga udara tidak masuk. Plastik besar bisa diperoleh di toko dengan harga per satuan meter.
5. Simpan di tempat teduh dan biarkan proses berlangsung minimal selama seminggu. Silase yang telah jadi akan beraroma harum. Berikan untuk ternak saat akan diperlukan, dan tutup rapat kembali.
-
Khusus untuk daun randu, sebaiknya diberikan dalam bentuk segar karena beberapa kali percobaan selalu gagal seperti membusuk. Sebagian besar ternak mungkin perlu beradaptasi mengkonsumsi silase, awalnya ternak tidak mau memakan silase yang diberikan. Ternak bisa dipaksa dengan menambahkan garam secukupnya pada silase yang diberikan sampai akhirnya terbiasa. Bila ternak tetap tidak mau memakan silase, tetaplah paksa paksa dengan tidak memberikan pakan lain karena silase rumput memiliki kandungan gizi yang lebih besar dari rumput segar.
Idealnya, seekor ternak memerlukan 10% pakan dari bobot tubuhnya. Misalnya, seekor kambing dengan bobot 40 kg, membutuhkan pakan sebanyak 4 kg. Jadi sediakan saja 120 kg silase rumput dalam sehari, maka praktis tidak perlu mencari rumput lagi selama sebulan bila tujuannya hanya memelihara seekor kambing. Begitu seterusnya hingga didapatkan jumlah persediaan yang cukup sesuai jumlah ternak yang dipelihara. (*)
Betapa repotnya bila setiap hari petani harus mencari rumput segar (rumput dan daun-daunan). Petani yang memelihara ternak sapi lebih dari 3 ekor atau kambing lebih dari 5 ekor, biasanya akan dipusingkan dengan persoalan waktu mencari rumput. Saat hujan datang belum mencari rumput segar, dan saat kemarau datang adalah persoalan klasik.
Kalaupun memiliki persediaan rumput cukup banyak tetapi tanpa pengawetan dalam bentuk silase, rumput segar akan segera menjadi kering dan sia-sia. Apalagi ketika ada kepentingan keluarga atau kegiatan lain selama berhari-hari, petani menjadi kelabakan dan tidak tenang karena memikirkan pakan ternak.
Lebih parahnya lagi ketika jumlah ternak peliharaaan terus bertambah dan yang seharusnya lebih menguntungkan, malah membuat petani merasa tidak sanggup lagi mencari rumput segar. Ujung-ujungnya hanya terbelenggu pada jumlah ternak yang selalu sedikit karena ketidakberdayaan memenuhi kebutuhan pakan. Inilah yang orang sebut sebagai “Jebakan kemiskinan” dan “Katak belum tahu cara keluar dari tempurung”. Persoalannya hanya “belum” mengetahui teknologi yang efektif dan efisien, meskipun teknologinya bersifat sederhana.
-
Silase Memecah Kebuntuan Waktu dan Musim
Setiap wilayah (desa, bahkan negara) memiliki musimnya masing-masing. Pada saat tertentu ketersediaan jumlah pakan ternak menjadi sedikit, dan kembali melimpah saat lingkungan hidupnya sudah mendukung. Teknologi silase yang sangat sederhana, bisa menjawab persoalan pakan di atas. Melalui pengawetan rumput saat memiliki waktu luang dan meningkatkan ketersediaan rumput sebelum masa sulit tiba.
Silase merupakan pengawetan rumput dalam ruang/wadah yang tertutup rapat (kedap udara/anaerob). Pada kondisi tertutup rapat, jasad renik (bakteri, jamur) tidak memiliki kemampuan untuk membusukkan rumput karena lingkungan hidupnya tidak mendukung. Sehingga rumput akan awet selama berbulan-bulan. Silase juga memungkinkan rumput terkonsumsi dengan baik tanpa tersisa, karena bentuk/teksturnya lebih lembut dan kandungan gizinya meningkat rata-rata 10 persen dibandingkan bila diberikan dalam bentuk rumput segar.
-
Cara Membuat dan Mengaplikasikan Silase Rumput
Hal penting yang harus diperhatikan adalah tidak diperbolehkannya udara masuk ke dalam wadah saat proses pembuatan silase berlangsung. Udara yang masuk bisa mengaktifkan bakteri pembusuk dan menjadi lingkungan tumbuh bagi ulat. Kegagalan pembuatan silase ditandai dengan adanya panas yang terus-menerus seperti pada proses pengomposan. Apapun media dan bagaimanapun caranya, selama masih berkaitan dengan penyimpanan rumput segar dalam wadah/ruang tertutup, bisa disebut silase. Media dan cara yang berbeda hanyalah persoalan kreativitas sesuai potensi lingkungan. Berikut adalah contoh tahapan-tahapan pembuatan silase rumput dengan menggunakan karung plastik:
1. Rumput dilayukan sehingga kandungan airnya menjadi berkurang. Proses pelayuan bisa melalui penjemuran atau membiarkan di udara terbuka.
2. Rumput dicacah seukuran 5-10 cm, agar mudah disimpan lebih padat untuk meminimalkan rongga-rongga udara dalam wadah dan agar lebih banyak yang tersimpan dalam wadah. Pencacahan bisa secara manual atau dengan bantuan mesin yang dirancang sendiri. Mesin rancangan sederhana terdiri dari dua pisau pemotong yang diputar seperti baling-baling dengan bantuan motor listrik.
3. Rumput dimasukkan dalam karung dan dipadatkan. Tujuan memasukkan dalam karung agar ujung-ujung cacahan rumput tidak menusuk/melubangi kantung plastik dalam point 4.
4. Rumput dalam karung tersebut dimasukkan dalam kantung plastik besar dan ditutup rapat dengan mengikat kedua ujungnya, sehingga udara tidak masuk. Plastik besar bisa diperoleh di toko dengan harga per satuan meter.
5. Simpan di tempat teduh dan biarkan proses berlangsung minimal selama seminggu. Silase yang telah jadi akan beraroma harum. Berikan untuk ternak saat akan diperlukan, dan tutup rapat kembali.
-
Khusus untuk daun randu, sebaiknya diberikan dalam bentuk segar karena beberapa kali percobaan selalu gagal seperti membusuk. Sebagian besar ternak mungkin perlu beradaptasi mengkonsumsi silase, awalnya ternak tidak mau memakan silase yang diberikan. Ternak bisa dipaksa dengan menambahkan garam secukupnya pada silase yang diberikan sampai akhirnya terbiasa. Bila ternak tetap tidak mau memakan silase, tetaplah paksa paksa dengan tidak memberikan pakan lain karena silase rumput memiliki kandungan gizi yang lebih besar dari rumput segar.
Idealnya, seekor ternak memerlukan 10% pakan dari bobot tubuhnya. Misalnya, seekor kambing dengan bobot 40 kg, membutuhkan pakan sebanyak 4 kg. Jadi sediakan saja 120 kg silase rumput dalam sehari, maka praktis tidak perlu mencari rumput lagi selama sebulan bila tujuannya hanya memelihara seekor kambing. Begitu seterusnya hingga didapatkan jumlah persediaan yang cukup sesuai jumlah ternak yang dipelihara. (*)
Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.
Siapa yang menilai tulisan ini?
- 2
KOMENTAR BERDASARKAN :
Tulis Tanggapan Anda
PROMOTED ARTICLE