Selama ini banyak orang yang percaya bahwa darah yang keluar dari vagina istri di malam pertama merupakan satu-satunya pertanda bahwa ia masih perawan. "Karena itu pula, darah yang keluar dari vagina istri di malam pertama menjadi sebuah keharusan bagi sebagian lelaki, khususnya di Indonesia," jelas dr Handrawan Nadesul pada seminarKesehatan Wanita: "Sekolah“ Menjadi Ibu, Sabtu, 18 Desember 2010 di The Park Residence, Kelapa Gading, Jakarta.
Dr Handrawan yang sudah mengasuh beberapa kolom kesehatan sejak tahun 1970an ini mengatakan, bahwa masyarakat Asia atau negara-negara timur, sangat menjunjung tinggi keperawanan. "Padahal, dalam sebuah kongres seksologi yang pernah saya hadiri beberapa waktu lalu mengatakan, angka remaja Indonesia yang sudah pernah melakukan hubungan seks itu cukup tinggi. Tetapi tetap, kebanyakan pria Indonesia masih sulit menerima istri yang sudah tidak perawan," jelasnya lagi.
Darah di malam pertama menjadi semacam momok bagi para wanita dan bisa dibilang menjadi isu penting tersendiri dalam benak mereka. Dokter yang juga mengasuh rubrik tanya jawab di tabloid Gaya Hidup Sehat itu bercerita, ia kerap mendapatkan surat-surat dari pembaca yang sangat concern akan keluarnya darah dari vagina di malam pertama akibat robeknya selaput dara (bukan karena haid). Ia pernah mendapat surat dari seorang wanita yang diceraikan oleh suaminya hanya karena di malam pertama, vaginanya tidak mengeluarkan darah, padahal ia belum pernah melakukan hubungan seks dengan siapa pun ataupun melakukan masturbasi. Bahkan, ada suku tertentu yang sengaja menaruh kain putih di kasur, di bawah perempuan yang baru menikah dan sedang melakukan hubungan seks, tujuannya tentu untuk memastikan ada atau tidaknya darah di malam pertama demi membuktikan bahwa si perempuan masih perawan atau tidak. Hal-hal semacam ini menunjukkan akan sebuah kesulitan tersendiri bagi perempuan menghadapi hal ini.
Mengapa ini terjadi? Bisa jadi karena masih tabunya pembicaraan seputar seks, sehingga pengetahuan mengenai hal-hal ini menjadi simpang siur, yang cenderung membuat posisi perempuan cenderung rentan penghakiman. "Padahal, ada kalanya selaput dara itu tersobek tanpa sengaja sebelum malam pertama karena banyak hal, salah satunya akibat olahraga," jelas dr Handrawan.
Selaput dara (hymen) adalah lapisan tipis yang menghalangi jalan masuk menuju rahim. Ada perempuan yang terlahir tanpa selaput dara, namun kebanyakan wanita memilikinya, ukuran dan bentuknya pun bisa berbeda dari wanita ke wanita. Umumnya, selaput dara tidak berupa lapisan utuh yang menutup, ada lubang kecil yang merupakan saluran pengeluaran darah haid. Saat selaput dara robek, bisa terjadi rasa sedikit tidak nyaman dan keluar darah.
Sementara dalam sebuah konsultasi, Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengatakan, "Istilah perawan atau tidak, tergantung apakah ia sudah atau belum pernah melakukan hubungan seksual. Kalau sudah pernah, maka dia disebut tidak perawan. Sebaliknya kalau belum pernah, maka dia disebut perawan. Keluarnya darah tidak harus terjadi ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual pertama kali. Jadi keluarnya darah tidak dapat digunakan sebagai tanda apakah seorang perempuan disebut perawan atau tidak."
Lebih lanjut mengenai malam pertama, menurut dr Handrawan, bisa terjadi banyak kemungkinan yang akan dihadapi dan perlu diketahui oleh para pasangan suami istri yang sama-sama baru pertama kali melakukan hubungan seksual, antara lain:
- Pada hubungan seksual pertama kali, belum tentu langsung bisa deflorasi. Tidak selalu bisa terjadi penerimaan vagina terhadap penis secara langsung.
- Ada kemungkinan si perempuan merasa sangat tegang atau takut di malam pertama, sehingga mempersulit penetrasi penis. Hal ini bisa terjadi karena salah pengetahuan atau kepercayaan mengenai seks. Contoh; sejak kecil, si istri mendapat penanaman pendidikan bahwa seks itu adalah perbuatan yang berkaitan dengan dosa, kotor, dan sebagainya. Alhasil, si istri merasa ketakutan ketika ia harus melakukan hubungan seks dengan suaminya, terjadilah blocking atau penolakan tanpa sadar. Vagina menegang dan sulit terjadi penetrasi karena tertutup atau si istri merasa kesakitan dan minta berhenti. Hal ini harus melalui semacam konseling dan psikoterapi untuk membuat si istri bisa tenang dan menjalani hubungan seksual dengan suami.
- Mungkin terjadi vaginismus. Ketika otot vagina menegang atau mengencang saat terjadi hubungan seksual. "Kalau Anda pernah lihat di film-film yang bercerita pasangan suami istri yang penisnya terjepit vagina, hingga keduanya harus dibopong ke rumah sakit dalam keadaan seperti itu, itu benar-benar bisa dan pernah terjadi. Jangan main-main dengan vagina. Ototnya memang benar-benar bisa sangat kuat," jelas dr Handrawan.
- Penetrasi yang terjadi di malam pertama, belum tentu berdarah, belum tentu pula tidak berdarah menandakan bahwa si perempuan sudah tidak perawan. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan selaput dara robek, misal karena si perempuan sering melakukan olahraga berat, seperti naik kuda, bersepeda, lompat tinggi, atau terjadi kecelakaan, dan lainnya.
- Penetrasi di malam pertama pun belum tentu langsung berhasil.
- Dyspareunia atau rasa nyeri yang sangat tidak nyaman bagi pemula. Ini bisa terjadi pada pasangan yang enggan melakukan komunikasi mengenai seksualitas. Pria hanya butuh beberapa saat untuk penisnya bisa siap bercinta, sementara perempuan, setidaknya butuh sekitar 20 menit persiapan sebelum vaginanya siap menerima penetrasi penis, karenanya, foreplay itu penting. "Ini terjadi karena pengantin baru masih malu-malu membicarakan mengenai seksualitas. Dari pengalaman saya, bahkan pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah pun masih ada yang enggan membicarakan tentang seks. Bahkan ada istri yang baru pertama kali merasakan orgasme ketika ia berusia 60 tahun, dan selama bertahun-tahun menikah dengan suaminya, si suami tidak tahu bahwa si istri tak pernah merasa puas, dan istrinya pun tak tahu orgasme itu seperti apa," paparnya.
Perlu diketahui bahwa seks bagi pria dan wanita itu berbeda proses dan perjalanannya. Apa yang bisa menjadi sisi sensitif dan berhasil membuat pria terangsang, belum tentu bisa pula membuat si perempuan terangsang. Begitu pun dalam hal durasi. Untuk membantu istri menerima penetrasi, kadang dibutuhkan "pengenalan" dan pembiasaan, yang mungkin butuh waktu, dan tentunya keikhlasan dari si perempuan untuk menerima penetrasi, serta si pria untuk tidak terburu-buru memaksakan penetrasi.
Komunikasi menjadi hal yang penting mengenai hal ini. Baik dalam membicarakan apa yang nyaman atau tidak bagi si istri atau suami, keinginan atau fantasi, atau hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Kekurangan pengetahuan mengenai seksualitas juga bisa menyebabkan ketidakpuasan atau perilaku menyimpang. Seks seharusnya menjadi bagian yang membuat pasangan suami istri makin dekat, sebagai hasil tindakan afeksi satu sama lain, bukan justru yang memisahkan mereka akibat ketidaktahuan.
Dr Handrawan yang sudah mengasuh beberapa kolom kesehatan sejak tahun 1970an ini mengatakan, bahwa masyarakat Asia atau negara-negara timur, sangat menjunjung tinggi keperawanan. "Padahal, dalam sebuah kongres seksologi yang pernah saya hadiri beberapa waktu lalu mengatakan, angka remaja Indonesia yang sudah pernah melakukan hubungan seks itu cukup tinggi. Tetapi tetap, kebanyakan pria Indonesia masih sulit menerima istri yang sudah tidak perawan," jelasnya lagi.
Darah di malam pertama menjadi semacam momok bagi para wanita dan bisa dibilang menjadi isu penting tersendiri dalam benak mereka. Dokter yang juga mengasuh rubrik tanya jawab di tabloid Gaya Hidup Sehat itu bercerita, ia kerap mendapatkan surat-surat dari pembaca yang sangat concern akan keluarnya darah dari vagina di malam pertama akibat robeknya selaput dara (bukan karena haid). Ia pernah mendapat surat dari seorang wanita yang diceraikan oleh suaminya hanya karena di malam pertama, vaginanya tidak mengeluarkan darah, padahal ia belum pernah melakukan hubungan seks dengan siapa pun ataupun melakukan masturbasi. Bahkan, ada suku tertentu yang sengaja menaruh kain putih di kasur, di bawah perempuan yang baru menikah dan sedang melakukan hubungan seks, tujuannya tentu untuk memastikan ada atau tidaknya darah di malam pertama demi membuktikan bahwa si perempuan masih perawan atau tidak. Hal-hal semacam ini menunjukkan akan sebuah kesulitan tersendiri bagi perempuan menghadapi hal ini.
Mengapa ini terjadi? Bisa jadi karena masih tabunya pembicaraan seputar seks, sehingga pengetahuan mengenai hal-hal ini menjadi simpang siur, yang cenderung membuat posisi perempuan cenderung rentan penghakiman. "Padahal, ada kalanya selaput dara itu tersobek tanpa sengaja sebelum malam pertama karena banyak hal, salah satunya akibat olahraga," jelas dr Handrawan.
Selaput dara (hymen) adalah lapisan tipis yang menghalangi jalan masuk menuju rahim. Ada perempuan yang terlahir tanpa selaput dara, namun kebanyakan wanita memilikinya, ukuran dan bentuknya pun bisa berbeda dari wanita ke wanita. Umumnya, selaput dara tidak berupa lapisan utuh yang menutup, ada lubang kecil yang merupakan saluran pengeluaran darah haid. Saat selaput dara robek, bisa terjadi rasa sedikit tidak nyaman dan keluar darah.
Sementara dalam sebuah konsultasi, Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengatakan, "Istilah perawan atau tidak, tergantung apakah ia sudah atau belum pernah melakukan hubungan seksual. Kalau sudah pernah, maka dia disebut tidak perawan. Sebaliknya kalau belum pernah, maka dia disebut perawan. Keluarnya darah tidak harus terjadi ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual pertama kali. Jadi keluarnya darah tidak dapat digunakan sebagai tanda apakah seorang perempuan disebut perawan atau tidak."
Lebih lanjut mengenai malam pertama, menurut dr Handrawan, bisa terjadi banyak kemungkinan yang akan dihadapi dan perlu diketahui oleh para pasangan suami istri yang sama-sama baru pertama kali melakukan hubungan seksual, antara lain:
- Pada hubungan seksual pertama kali, belum tentu langsung bisa deflorasi. Tidak selalu bisa terjadi penerimaan vagina terhadap penis secara langsung.
- Ada kemungkinan si perempuan merasa sangat tegang atau takut di malam pertama, sehingga mempersulit penetrasi penis. Hal ini bisa terjadi karena salah pengetahuan atau kepercayaan mengenai seks. Contoh; sejak kecil, si istri mendapat penanaman pendidikan bahwa seks itu adalah perbuatan yang berkaitan dengan dosa, kotor, dan sebagainya. Alhasil, si istri merasa ketakutan ketika ia harus melakukan hubungan seks dengan suaminya, terjadilah blocking atau penolakan tanpa sadar. Vagina menegang dan sulit terjadi penetrasi karena tertutup atau si istri merasa kesakitan dan minta berhenti. Hal ini harus melalui semacam konseling dan psikoterapi untuk membuat si istri bisa tenang dan menjalani hubungan seksual dengan suami.
- Mungkin terjadi vaginismus. Ketika otot vagina menegang atau mengencang saat terjadi hubungan seksual. "Kalau Anda pernah lihat di film-film yang bercerita pasangan suami istri yang penisnya terjepit vagina, hingga keduanya harus dibopong ke rumah sakit dalam keadaan seperti itu, itu benar-benar bisa dan pernah terjadi. Jangan main-main dengan vagina. Ototnya memang benar-benar bisa sangat kuat," jelas dr Handrawan.
- Penetrasi yang terjadi di malam pertama, belum tentu berdarah, belum tentu pula tidak berdarah menandakan bahwa si perempuan sudah tidak perawan. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan selaput dara robek, misal karena si perempuan sering melakukan olahraga berat, seperti naik kuda, bersepeda, lompat tinggi, atau terjadi kecelakaan, dan lainnya.
- Penetrasi di malam pertama pun belum tentu langsung berhasil.
- Dyspareunia atau rasa nyeri yang sangat tidak nyaman bagi pemula. Ini bisa terjadi pada pasangan yang enggan melakukan komunikasi mengenai seksualitas. Pria hanya butuh beberapa saat untuk penisnya bisa siap bercinta, sementara perempuan, setidaknya butuh sekitar 20 menit persiapan sebelum vaginanya siap menerima penetrasi penis, karenanya, foreplay itu penting. "Ini terjadi karena pengantin baru masih malu-malu membicarakan mengenai seksualitas. Dari pengalaman saya, bahkan pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah pun masih ada yang enggan membicarakan tentang seks. Bahkan ada istri yang baru pertama kali merasakan orgasme ketika ia berusia 60 tahun, dan selama bertahun-tahun menikah dengan suaminya, si suami tidak tahu bahwa si istri tak pernah merasa puas, dan istrinya pun tak tahu orgasme itu seperti apa," paparnya.
Perlu diketahui bahwa seks bagi pria dan wanita itu berbeda proses dan perjalanannya. Apa yang bisa menjadi sisi sensitif dan berhasil membuat pria terangsang, belum tentu bisa pula membuat si perempuan terangsang. Begitu pun dalam hal durasi. Untuk membantu istri menerima penetrasi, kadang dibutuhkan "pengenalan" dan pembiasaan, yang mungkin butuh waktu, dan tentunya keikhlasan dari si perempuan untuk menerima penetrasi, serta si pria untuk tidak terburu-buru memaksakan penetrasi.
Komunikasi menjadi hal yang penting mengenai hal ini. Baik dalam membicarakan apa yang nyaman atau tidak bagi si istri atau suami, keinginan atau fantasi, atau hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Kekurangan pengetahuan mengenai seksualitas juga bisa menyebabkan ketidakpuasan atau perilaku menyimpang. Seks seharusnya menjadi bagian yang membuat pasangan suami istri makin dekat, sebagai hasil tindakan afeksi satu sama lain, bukan justru yang memisahkan mereka akibat ketidaktahuan.
No comments:
Post a Comment